Minggu, 11 Desember 2011

TRAUMA LAHIR PADA BAYI

TRAUMA LAHIR PADA BAYI

A.      Caput Succedaneum
1.      Pengertian
Caput succedaneum adalah pembengkakan diatas area kulit kepala terdapat pada kelahiran verteks. Hal ini disebabkan oleh efusi serum dan darah kedalam jaringan sebagai akibat tekanan kepala selama persalinan (Hamilton, P. Marry, 2000).
Caput succedaneum adalah benjolan difusi di kepala akibat tekanan yang keras di kepala saat di jalan lahir dan terjadi pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vasa.
Caput succedaneum    :
a.    Berisi cairan serum dan sering barcampur sedikit darah.
b.    Diluar periosteum hingga dapat melampaui sutura.
c.    Sering teraba adanya benjolan mulase di daerah sutura akibat tumpang tindih tulang kepala di daerah sutura sebagai upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepala agar dapat melampaui jalan lahir.
d.   Umumnya mulase ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir.
e.    Mulase jelas terlihat pada bayi prematur dan akan hilang sendiri dalam 1 – 2 hari.
(Khosim, M. Sholeh, 2003).

2.      Etiologi
Caput succedaneum karena tekanan yang keras pada kepala saat di jalan lahir :
a.    Partus lama
Proses persalinan yang panjang dan sulit sering menyebutkan pengumpulan cairan di bawah kulit kepala bayi, sehingga kepala bayi terlihat bengkak atau edema. Hal ini dapat hilang dalam kurun waktu 1 hari. Benjolan ini tidak menimbulkan gejala sisa dan dampak perkembangan otak.
b.    Partus Obstruksi
c.    Persalinan dengan vaccum ekstraksi
(Rustam, Mochtar, 2003).

3.      Mekanisme Klinis
Caput succedaneum merupakan benjolan yang difus di kepala, terletak pada presentasi kepala pada waktu bayi lahir. Kelainan ini timbul akibat tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir hingga tejadi pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vasa. Benjolan caput berisi cairan serum dan bercampur darah. Secara klinis benjolan ditemukan pada daerah presentasi lahir pada perabaan teraba benjolan lunak berbatas tidak tegas, tidak berfluktuasi tetapi bersifat edema tekan. Benjolan terletak di luar periousteum hingga dapat melampaui sutura. Kulit pada permukaan benjolan sering berwarna kemerahan atau ungu dan kadang-kadang ditemukan adanya bercak peteki atau ekimosis.
Caput succedaneum dapat terlihat segera setelah bayi lahir dan  akan hilang sendiri dalam waktu 2 – 3 hari. Umumnya tidak memerlukan pengobatan khusus (Markum, A.H, 1991).


4.      Tanda dan Gejala
Kelainan ini sebagai akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala bayi sebatas caput. Keadaan ini dapat pula terjadi pada kelahiran spontan dan biasanya menghilang dalam 2-3 hari setelah lahir.
Tanda dan gejala:
a.    Adanya oedema di kepala
b.    Pada perabaan teraba lembut dan lunak.
c.    Oedem melampaui sela-sela tulang tengkorak
d.   Batas tidak jelas.
e.    Biasanya menghilang dalam waktu 2-3 hari tanpa pengobatan
Suction dari vacuum ekstractor dapat menyebabkan bengkak berbentuk lingkaran dan berwarna ungu “chignon” di atas kulit kepala bayi. Tepi dari kulit kepala dapat terjadi ekskoriasi dan kulit kepala yang terkoyak, yang manadapat menyebabkan pengelupasan jaringan. Ketika suction yang berlebihan dihasilkan dari bagian vacuum atau saat seluruh lingkaran dari kulit kepala dapat terkelupas dari kepala. Hal ini selalu berbahaya terhadap infeksi. Dimana ada laserasi dan agen antiseptic diberikan, bedah plastic mungkin diperlukan (Yasmin, Asih, 2000).

5.      Implikasi Keperawatan
a.    Dapatkan riwayat persalinan dan kelahiran secara menyeluruh untuk mengidentifikasi setiap masalah.
b.    Inspeksi bayi baru lahir dengan ketat selama pengkajian awal bayi baru lahir terhadap setiap tanda benjolan.
c.    Beritahu orang tua bahwa edema akan diabsorbsi secara bertahap dan menghilang dalam 3 hari.
(Yasmin, Asih, 2002).

6.      Penatalaksanaan
a.    Bayi dirawat seperti pada perawatan bayi normal
b.    Awasi keadaan umum bayi
c.    Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar matahari
d.   Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekkan dengan tiduran untuk mengurangi anak jangan sering diangkat, agar benjolan tidak meluas
e.    Mencegah terjadi infeksi dengan cara :
-       Perawatan tali pusat dengan baik
-       Personal hygiene yang baik
f.     Memberikan penyuluhan kepada orangtua tentang :
-       Keadaan trauma pada bayi, tidak usah cemas karena benjolan akan menghilang 2-3 hari
-       Perawatan bayi sehari-hari
-       Manfaat dan cara pemberian ASI
g.    Bila kulit kepala terluka dapat terjadi infeksi. Bila hal ini terjadi berikan antibiotika dan lakukan drainase





7.      Diagnosa Pembanding
Pembanding
Caput Succedaneum
Cephal Hematoma
Terjadinya karena
Oedem
Perdarahan
Isinya
Getah bening
Darah
Batas Pinggir
Melampaui sela-sela tengkorak
Menurut batas pinggir tengkorak
Perabaan
Lembut
Mula-mula keras, lama-lama teraba alun
Hilangnya
2-3 hari
Lama, memakan waktu berminggu-minggu



B.       Cephal Hematoma
1.    Definisi
Cephal hematoma adalah perdarahan yang terjadi di bawah periosteum satu atau lebih tulang-tulang tengkorak kepala (Oxorn, Harry, 1996).
Cephal hematoma adalah pembengkakan pada kepala karena adanya penumpukan darah yang disebabkan pendarahan subperiosteum akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.
Cephal hematoma adalah pendarahan sub periosteum akibat keruasakan jaringan periosteum karena tarikan/tekanan jalan lahir dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah (Saifuddi, Abdul Bari,2000).

2.    Etiologi
Cephal hematoma disebabkan oleh trauma pada tulang kepala, antara lain :
a.    Tekanan pada kepala yang lama tehadap serviks, perineum, atau os pubis waktu persalinan..
b.    Kerusakan yang disebabkan oleh daun-daun forcep.
c.    Kekuatan tangensial yang menyebabkan pergeseran jaringan lunak kulit kepala dan laserasi pembuluh-pembuluh darah.
d.   Kekuatan vertikal yang menarik kulit kepala dari tulang yang ada di bawahnya.
e.    Partus sungsang dengan kesukaran lahir kepala.
f.     Rotasi kepala secara manual yang sulit.
g.    Kompresi dan relaksasi yang cepat dari kekuatan yang bekerja pada kepala janin.
h.    Moulage terlalu keras sehingga selaput tengkorakrobek.
(Oxorn, Harry, 1996).

3.    Manifestasi Klinis
a.    Kulit kepala membengkak dan merah.
b.    Biasanya tidak terdeteksi hari ke 2 atau ke 3 oleh garis sutura, biasanya di daerah parietal.
c.    Batas tegas/jelas dan tidak melampaui sutura.
d.   Pada perabaan mula-mula keras lambat laun lunak.
e.    Bayi tidak menunjukkan keadaan terganggu.
f.     Kadang-kadang terdapat anemia dan ikterus.
g.    Fraktur tengkorak jarang dijumpai.
h.    Umumnya tidak ditemukan kelainan neurologi.
i.      Darah akan diresorbsi dalam waktu 6 – 12 minggu.
j.      Bisa terjadi infeksi spontan, tetapi jarang.
k.    Klasifikasi bekuan darah bisa terjadi.
l.      Insiden lesi yang luas dan bermakna kurang dari 1 persen.
m.  Hematoma tetap tidak berubah.
n.    Restruksi penumpukan cairan di salah satu area.
(Oxorn, Harry, 1996).

4.    Klasifikasi
Menurut jaringan yang terkena ada 2 jenis yaitu :
-       Subgaleal                : Galea merupakan lapiasan aponeurotik yang
 melekat secara longgar pada sisi sebelah dalan periosteum. Pembuluh-pembuluh darah vena di daerah ini dapat tercabik sehingga mengakibatkan hematoma yang berisi sampai sebanyak 250 ml darah. Terjadi anemia dan bisa menjadi shock. Hematoma tidak terbatas pada suatu daerah tertentu (Oxorn, Harry, 1996).
Penyebab : perdarahan yang letaknya antara aponeurosis epikranial dan periosteum. Dapat terjadi setelah tindakan ekstraksi vakum. Jarang terjadi karena komplikasi tindakan mengambil darah janin untuk pemeriksaan selama persalinan, risiko terjadinya terutama pada bayi dengan gangguan hemostasis darah.
Gambaran Klinis : Kadang-kadang sukar didiagnosis, karena terdapat edema menyeluruh pada kulit kepala. Perdarahan biasanya lebih berat dibandingkan dengan perdarahan subperiostel. Bahaya ikterus lebih besar.
Pengobatan : Pengawasan dan pengobatan terhadap kelainan hemostasisnya (Rendle John,dkk, 1994).
-       Subperiosteal          : Karena periosteum melekat pada tulang tengkorak
di garis-garis sutura, maka hematoma terbatas pada daerah yang dibatasi oleh sutura-sutura tersebut. Jumlah darah pada tipe subperiosteal ini lebih sedikit dibandingkan pada tipe subgaleal. Fraktur tengkorak bisa menyertai.
Gambaran Klinis : kulit kepala membengkak. Biasanya tidak terdeteksi samapai hari ke 2 atau ke 3. Dapat lebih dari 1 tempat. Perdarahan dibatasi oleh garis sutura, biasanya di daerah parietal.
Perjalanan Klinis dan Diagnosis : Pinggirnya biasanya mengalami klasifikasi. Bagian tengah tetap lunak dan sedikit darah akan diserap oleh tubuh. Mirip fraktur depresi pada tengkorak. Kadang-kadang menyebabkan ikterus neonatorum.
Pengobatan : Tidak perlu, jangan melakukan aspirasi. Ibu harus diberitahu bahwa akan memakan waktu sampai beberapa minggu bahkan bulan sampai benjolannya hilang (Rendle John,dkk, 1994).





5.    Panatalaksanaan
a.    Keperawatan
Sebagai tenaga kesehatan kita beritahukan Orang Tua bahwa :
-       Cephal hematoma perlu waktu 6 – 12 minggu sampai dapat diabsorbsi seluruhnya.
-       Wasapada karena ikterik dapat berakibat lisisnya darah yang terjebak dalam ruangan menyebabkan pelepasan bilirubin indirect dalan jumalh besar.
-       Yakinkan ibu bahwa keadaan bayi tidak mengkhawatirkan, cephal hematoma dapat hilang dalam beberapa minggu.
-       Bila kulit kepala terluka, hematoma dapat mengalami infeksi, bila hal ini terjadi berikan antibiotik dan lakukan drainase dan lakukan pencegahan infeksi denga cara perawatan tali pyasat dan personal hygiene yang baik.
-       Pemberian ASI yang adekuat, ajari ibu cara meneteki dengan tiduran, lebih hati-hati dan jangan sering diangkat dari tempat tidur.
-       Lingkungan harus dalan keadaan baik, cukup ventilasi, sinar matahari bisa masuk.
-       Awasi keadaan umum bayi.
-       Bayi dirawat seperti pada perawatan bayi normal.
-       Apabila bayi tampak kuning, nasehati ibu untuk membawa bayinya kembali.
b.    Medik
-       Tindakan spesifik tidak diperlukan, kecuali pengamatan dan perlindungan kepala terhadap cidera.
-       Pemerikasaan Sinar-X menyingkirkan kemungkinan fraktur.
-       Transfusi darah diberikan jika timbul anemia berat.
-       Aspirasi merupakan kontra indikasi. Tindakan ini akan menimbulkan infeksi.
-       Tindakan pembedahan diperlukan hanya kalau pendarahannya luas dan berlanjut sehingga hematoma semakin membesar.
-       Pemeriksaan radiologi dilakukan jika ditemukan gejala susunan saraf pusat/cephal hematoma yang besar disertai kesukaran lahir kepala denagn/tanpa tarikan cunam yang sulit/kurang sempurna.



6.    Prognosis
Untuk subperiosteal, bagian tengah tetap lunak dan sedikit demi sedikit darah akan diserap oleh tubuh. Mirip fraktur depresi pada tengkorak. Kadang-kadang menyebabakan ikterus neonatorum (Rendle John,dkk, 1994).

7.    Perbedaan Cephal Hematoma dengan Caput Succedaneum
Cephal Hematoma
Caput Succedaneum
-  Mungkin belum timbul untuk beberapa jam
-  Lunak, tidak ada lekukan
-  Batas tegasterbatas pada satu tulang, tidak melewati sutura
-  Terbatas pada satu tulang, tidak melewati sutura
-  Tetap di tempatnya semula

-  Timbul setelah beberapa jam, bertambah besar untuk beberapa lama dan baru hilang setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan
-      Sudah ada pada waktu lahir

-      Lunak, ada tekukan bila ditekan
-      Pembengkakan yang merata

-      Terletak diatas sutura dan melewatinya
-      Bisa berubah-ubah letaknya, mencari tempat terendah
-      Tersebar pada waktu lahir dan segera mulai mengecil dan hilang dalam beberapa jam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar