Kamis, 15 Desember 2011

PROMOSI KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tercapainya bangsa yang maju dan mandiri, sejahtera lahir dan bathin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas sumberdaya manusia. Hanya dengan sumberdaya yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing bangsa. Menyadari hal tersebut, pemerintah Republik Indonesia telah mencanangkan kebijaksanaan dan strategi baru dalam suatu “Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan sebagai Strategi Nasional menuju Indonesia Sehat 2010” pada tanggal 1 Maret 1999.

Dengan kebijaksanaan dan strategi ini, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan disemua sector harus mampu mempertimbangkan dampak negatif dan positif terhadap sektor kesehatan, baik bagi individu, keluarga maupun masyarakat. Disektor kesehatan sendiri upaya kesehatan akan lebih mengutamakan upaya-upaya preventif dan promotif yang proaktif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Dasar pandangan baru dalam pembangunan kesehatan ini disebut “Paradigma Sehat”. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing manusia.

Menurut L. Blum, derajat kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan medis dan keturunan. Yang sangat besar pengaruhnya adalah keadaan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan, baik masyarakat di pedesaan maupun perkotaan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dibidang kesehatan, ekonomi maupun teknologi.

Di daerah pedesaan terutama dengan masyarakat berpenghasilan rendah, penyakit yang
penularannya berkaitan dengan air dan lingkungan terutama penyakit diare masih endemis dan masih merupakan masalah kesehatan. Di daerah tersebut sebagian besar rumah tangga belum mempunyai akses penggunaan air bersih dan sanitasi, karena belum semua rumah dilengkapi sarana. Perilaku hidup bersih dan sehat belum membudaya pada masyarakat pedesaan karena kurang pengertian dan kesadaran pentingnya terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (healthy life style). Masyarakat masih menempatkan prioritas pada pembangunan sarana air bersih daripada pembangunan sarana sanitasi dan program kesehatan, padahal pembangunan sarana air bersih tanpa disertai pembangunan sarana sanitasi dan kesehatan, kurang memberikan dampak terhadap peningkatan derajad kesehatan. Masyarakat kurang memperhatikan pentingnya kegiatan untuk operasional dan pemeliharaan sarana, serta usaha peningkatan kualitas air dan lingkungan, kurangnya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat terhadap penggunaan sarana air bersih dan sanitasi menyebabkan kurangnya kesinambungan keberlanjutan program air bersih, sanitasi dan kesehatan.

Salah satu strategi untuk mencapai peningkatan derajad kesehatan, produktivitas dan taraf hidup masyarakat, ialah melalui Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS). Dan salah satu komponen kegiatan penting yang harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan dengan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi ialah komponen promosi kesehatan dan sanitasi. Promosi kesehatan atau sering disebut perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ialah merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penularan penyakit dalam rangka peningkatan derajad kesehatan, melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat secara meluas.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Program PAMSIMAS bertujuan untuk meningkatkan jumlah warga misikin pedesaan dan pinggiran kota (peri urban) yang dapat mengakses perbaikan pelayanan serta fasilitas air minum dan sanitasi serta meningkatkan nilai dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka usaha pencapaian target MDG sector air minum dan sanitasi melalui upaya-upaya pengarus-utamakan (mainstreaming) dan perluasan (scaling-up) pendekatan berbasis masyarakat (community driven approach). Secara khusus kegiatan Promosi Kesehatan dan Sanitasi dalam Pamsimas bertujuan untuk menurunkan angka penyakit berbasis air dan lingkungan melalui peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat untuk merencanakan dan melaksanakan program pengembangan cakupan sanitasi melalui pengembangan jamban keluarga dan pembangunan sarana sanitasi di masyarakat, dan sekolah, melalui pengembangan SAB/S dan Program PHBS.

Tujuan Khusus
a.       Meningkatkan komunikasi atau interaksi antara individu dan kelompok dalam masyarakat (laki-laki, perempuan, kaya, miskin) secara partisipatif, yang di kelola oleh masyarakat untuk mengubah perilaku buruk yang berkaitan dengan perilaku kunci PHBS yang mempunyai daya ungkit terhadap pencegahan penyakit penyakit yang di tularkan melalui air dan lingkungan
b.      Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kapasitas kelembagaan khususnya kelembagaan di masyarakat dalam pengelolaan air bersih, promosi kesehatan dan sanitasi secara terpadu dan berkesinambungan.
c.       Meningkatnya fasilitasi masyarakat secara partisipatif menggunakan metode partisipatif yang dilaksanakan sesuai dengan potensi dan kondisi setempat.
d.      Meningkatnya promosi kesehatan dan sanitasi secara partisipatif dan terintegrasi dengan program yang terkait melalui institusi lain seperti sekolah
e.       Meningkatkannya promosi kesehatan melalui berbagai saluran komunikasi untuk mendukung pelaksanaan promosi kesehatan dan sanitasi yang dilaksanakan secara partisipatif oleh masyarakat
C. Sasaran
Program Pamsimas merupakan program berbasis masyarakat. Untuk menimbulkan masyarakat yang mandiri perlu didampingi oleh fasilitator masyarakat, khususnya fasilitator kesehatan. Sehubungan hal tersebut, maka buku pedoman ini sebagai acuan bagi Fasilitator Kesehatan, atau pihak-pihak lain, yang akan mendampingi masyarakat dalam mewujudkan kesehatan masyarakat secara mandiri, melalui pengenalan diri, perencanaan, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasinya.
BAB II
PENGERTIAN DAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

A. Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Banyak masalah kesehatan yang ada di negeri kita Indonesia, termasuk timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang erat kaitannya dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh KLB Diare dimana penyebab utamanya adalah rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat seperti kesadaran akan buang air besar yang belum benar (tidak di jamban), cuci tangan pakai sabun masih sangat terbatas, minum air yang tidak sehat, dan lain-lain.

Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya). Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Umumnya ada empat faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar merubah perilakunya, yaitu
a.       Fasilitasi, yaitu bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang melakukannya menjadi lebih mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang lebih dekat;
b.      Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam konteks pengetahuanlokal,
c.       Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh agama) setempat menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di anjurkan dan
d.      Kesanggupan untuk mengadakan perubahan secara fisik misalnya kemampuan untuk membangun jamban dengan teknologi murah namun tepat guna sesuai dengan potensi yang di miliki.

Pendekatan program promosi menekankan aspek ”bersama masyarakat”, dalam artian:
a.       Bersama dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek penting dalam kehidupan masyarakat untuk memahami apa yang mereka kerjakan, perlukan dan inginkan,
b.      Bersama dengan masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang menarik untuk perilaku yang beresiko misalnya jamban keluarga sehingga buang air besar dapat di lakukan dengan aman dan nyaman serta
c.       Bersama dengan masyarakat petugas merencanakan program promosi kesehatan dan memantau dampaknya secara terus-menerus, berkesinambungan.

B. Strategi Promosi Kesehatan
Pembangunan sarana air bersih, sarana sanitasi dan program promosi kesehatan dapat dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan apabila :
·         Program tersebut direncanakan sendiri oleh masyarakat berdasarkan atas identifikasi dan analisis situasi yang dihadapi oleh masyarakat, dilaksanakan, dikelola dan dimonitor sendiri oleh masyarakat.
·         Ada pembinaan teknis terhadap pelaksanaan program tersebut oleh tim teknis pada tingkat Kecamatan.
·         Ada dukungan dan kemudahan pelaksanaan oleh tim lintas sektoral dan tim lintas program di tingkat Kabupaten dan Propinsi.

Strategi untuk meningkatkan program promosi kesehatan, perlu dilakukan dengan langkah kegiatan sebagai berikut :

1. Advokasi di Tingkat Propinsi dan Kabupaten
Pada tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten dalam pelaksanaan Proyek PAMSIMAS telah dibentuk Tim Teknis Propinsi dan Tim Teknis Kabupten. Anggota Tim Teknis Propinsi dan Tim Teknis Kabupaten, adalah para petugas fungsional atau structural yang menguasai teknis operasional pada bidang tugasnya dan tidak mempunyai kendala untuk melakukan tugas lapangan. Advokasi dilakukan agar lintas sektor, lintas program atau LSM mengetahui tentang Proyek PAMSIMAS termasuk Program Promosi Kesehatan dengan harapan mereka mau untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
a.       Mendukung rencana kegiatan promosi kesehatan. Dukungan yang dimaksud bisa berupa dana, kebijakan politis, maupun dukungan kemitraan;
b.      Sepakat untuk bersama-sama melaksanakan program promosi kesehatan; serta
c.       Mengetahui peran dan fungsi masing-masing sektor/unsur terkait.

Advokasi di tingkat Propinsi dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi dan advokasi di tingkat Kabupaten dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten.
a.       Peran Tim Teknis Propinsi
         Perencanaan dan penganggaran kegiatan (termasuk promosi kesehatan).
         Pelatihan teknis.
         Bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi.
         Pemecahan masalah yang dihadapi oleh Kabupaten.
         Menyusun strategi pelaksanaan kegiatan (termasuk promosi higiene sanitasi).
b.      Peran Tim Teknis Kabupaten
         Perencanaan dan penganggaran kegiatan APBD, dana pinjaman dan kontribusi masyarakat.
         Pembinaan teknis perencanaan pembelajaran partisipatif di sekolah, peningkatan peran guru, orang tua siswa dan komite sekolah, serta peningkatan mobilisasi sumber daya.
         Pembinaan teknis fungsi dan peran LKM, Badan Pengelola untuk keterpaduan dan
         kesinambungan program higiene sanitasi.
         Pembinaan teknis monitoring dan evaluasi.
         Menyusun strategi pelaksanaan kegiatan termasuk promosi higiene sanitasi.
c.       Peran Tim Lintas Program Dinas Kesehatan Kabupaten
         Pembinaan teknis program promosi higiene sanitasi di sekolah dan di masyarakat.
         Mengintegrasikan program higiene sanitasi pada Program Pamsimas dengan program lain.
         Mengembangkan indikator perubahan perilaku.
         Pengembangan media komunikasi berdasar atas kebutuhan masyarakat

Advokasi bisa dilakukan dengan beberapa cara misalnya : melalui lokakarya, pertemuan-pertemuan atau dengan memanfaatkan pertemuan rutin yang sudah ada/sudah berjalan atau melakukan pertemuan resmi/tidak resmi pada saat tertentu/kegiatan tertentu di Puskesmas atau di ibukota propinsi/kabupaten.

2. Menjalin Kemitraan di Tingkat Kecamatan.
Melalui wadah organisasi tersebut Tim Fasilitator harus lebih aktif menjalin kemitraan dengan TKC untuk :
         mendukung program kesehatan.
         melakukan pembinaan teknis.
         mengintegrasikan program promosi kesehatan dengan program lain yang dilaksanakan oleh Sektor dan Program lain, terutama program usaha kesehatan sekolah, dan program lain di PUSKESMAS.

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Masyarakat
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat mengelola program promosi kesehatan, mulai dari perencanaan, implementasi kegiatan, monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan sendiri oleh masyarakat, dengan menggunakan metoda MPA-PHAST. Untuk meningkatkan keterpaduan dan kesinambungan program promosi kesehatan dengan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi, di tingkat desa harus dibentuk lembaga pengelola, dan pembinaan teknis oleh lintas program dan lintas sector terkait. Pesan perubahan perilaku yang terlalu banyak sering membuat bingung masyarakat, oleh karena itu perlu masyarakat memilih dua atau tiga perubahan perilaku terlebih dahulu. Perubahan perilaku beresiko diprioritaskan dalam program higiene sanitasi pada Proyek PAMSIMAS di sekolah dan di masyarakat :
         Pembuangan tinja yang aman.
         Cuci tangan pakai sabun
         Pengamanan air minum dan makanan.
         Pengelolaan sampah
         Pengelolaan limbah cair rumah tangga
Setelah masyarakat timbul kesadaran, kemauan / minat untuk merubah perilaku buang kotoran ditempat terbuka menjadi perilaku buang kotoran di tempat terpusat (jamban), masyarakat dapat mulai membangun sarana sanitasi (jamban keluarga) yang harus dibangun oleh masing-masing anggota rumah tangga dengan dana swadaya. Masyarakat harus menentukan kapan dapat mencapai agar semua rumah tangga mempunyai jamban. Pembangunan sarana jamban sekolah, tempat cuci tangan dan sarana air bersih di sekolah,
menggunakan dana hibah desa atau sumber dana lain. Fasilitator harus mampu memberikan informasi pilihan agar masyarakat dapat memilih jenis sarana sanitasi sesuai dengan kemampuan dan kondisi lingkungannya (melalui pendekatan partisipatori).



BAB III
PROMOSI KESEHATAN DI PAMSIMAS

A. Ruang Lingkup dan Tatanan Promosi Kesehatan PAMSIMAS
Ruang lingkup kegiatan Promosi Kesehatan dalam program Pamsimas diutamakan paka kegiatan PHBS terkait Stop Buang Air Besar Sembarangan (STOP BABS) dan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Namun dalam rangka pengendalian penyakit berbasis lingkungan secara menyeluruh, ada 5 lingkup sasaran perilaku yang harus dijadikan sasaran yaitu :
a.       Promosi STOP BABS.
b.      Promosi Cuci Tangan Pakai Sabun
c.       Kampanye pengelolaan air minum dan makanan yang aman
d.      Kampanye pengelolaan sampah dengan benar
e.       Kampanye pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman

Dilihat dari segi tatanan atau setting tempat pelaksanaan, maka tatanan kegiatan Promosi Kesehatan dan Perubahan Perilaku Kesehatan di wilayah kerja PAMSIMAS meliputi Promosi Kesehatan di Masyarakat, dan Promosi Kesehatan Sekolah

1. Promosi Kesehatan Rumah Tangga/Masyarakat
Program kesehatan di masyarakat menekankan pada kegiatan kampanye dan aktivitas lainnya dengan target-target sasaran tertentu di dalam masyarakat. Fasilitator masyarakat dan petugas kesehatan setempat seperti sanitarian/petugas kesehatan lingkungan, PKK, kader desa dan bidan desa secara bersama-sama dapat melakukan kegiatan promosi kesehatan. Target/sasaran kegiatan seperti ibu muda yang mempunyai anak bayi/balita, ibu hamil, remaja putri, kelompok perempuan dan kelompok laki-laki, karang taruna, kelompok miskin dan kelompok menengah ke atas. Yang perlu di perhatikan adalah kemampuan membaca dari masyarakat dan kesederhanaan pesan yang di sampaikan. Beberapa jenis kegiatan yang dapat di lakukan dalam Promosi Kesehatan di Masyarakat, adalah :
         Penyuluhan kelompok terbatas
         Penyuluhan kelompok besar (masa)
         Penyuluhan perorangan (penyuluhan antar teman/peer group education)
         Pemutaran film/video
         Penyuluhan dengan metode demonstrasi
         Pemasangan poster
         Pembagian leaflet
         Kunjungan/wisata kerja ke daerah lain
         Kunjungan rumah
         Pagelaran kesenian
         Lomba kebersihan antar RT/RW/Desa
         Kegiatan pemeliharaan dan membersihkan tempat-tempat umum
         Kegiatan penghijauan di sekitar sumber air
         Pelatihan kader, unit kesehatan



Program promosi kesehatan di tatanan rumah tangga atau masyarakat di desa-desa PAMSIMAS perlu
dikoordinasikan dengan program penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh PUSKESMAS dan Dinas Kesehatan Kabupaten setempat, maupun unit lain yang terkait dan berminat untuk melalukan kampanye tentang hidup bersih dan sehat, seperti missal PKK, Pramuka, dll.

2. Promosi Kesehatan Sekolah.
Siswa sekolah merupakan komunitas besar dalam masyarakat, dalam wadah organisasi sekolah yang telah mapan, tersebar luas di pedesaan maupun perkotaan, serta telah ada program usaha kesehatan sekolah. Diharapkan setelah siswa sekolah mendapat pembelajaran perubahan perilaku di sekolah secara partisipatif, dapat mempengaruhi orang tua, keluarga lain serta tetangga dari siswa sekolah tersebut.

Siswa sekolah dasar terutama kelas 3, 4 dan 5 Sekolah Dasar merupakan kelompok umur yang mudah menerima inovasi baru dan mempunyai keinginan kuat untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi yang mereka terima kepada orang lain. Program promosi kesehatan di sekolah harus diintegrasikan ke dalam program usaha kesehatan sekolah, melalui koordinasi dengan Tim Pembina UKS di tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Pusat. Program promosi kesehatan di tempat ibadah dilakukan untuk menggalakan kegiatan promosi kesehatan dan melibatkan tokoh agama atau pemimpin tempat ibadah (imam masjid, pendeta, pastor, pedande atau biksu). Diharapkan dengan melibatkan tokoh dan pemimpin agama, perubahan perilaku kesehatan dapat segera terwujud.

Seringkali terjadi jamban di sekolah hanya terdiri atas dua unit, yaitu satu untuk guru dan yang lain untuk murid. Sementara kondisi jamban murid sangat berbeda jauh dengan jamban guru. Di mana jamban murid sangat jauh dari kondisi bersih dan terpelihara atau tidak jarang dalam kondisi rusak. Akibatnya banyak murid yang kemudian buang air baik buang air kecil maupun buang air besar di halaman sekolah. Kebiasaan ini membuat sekolah menjadi bau dan sangat rentan untuk menjadi sarang penyakit. Selain itu, seringkali jamban di sekolah tidak dilengkapi dengan penerangan yang cukup. Murid yang masih duduk di kelas 1 atau 2 akan merasa takut untuk menggunakan jamban yang kondisinya gelap, berbau dan kotor. Kondisi seperti ini harus dihindari dengan cara membuat jamban dengan penerangan yang cukup baik dari lampu ataupun sinar matahari beserta ventilasi yang memadai.

Salah satu kegiatan Kesehatan Sekolah Program PAMSIMAS adalah membangun jamban sekolah dan sarana cuci tangan. Sekolah harus memberikan pengajaran baik kepada guru maupun murid bagaimana cara memelihara jamban sekolah yang akan di bangun dan sarana cuci tangan. Misalnya seorang guru di serahkan tanggung jawab untuk pemeliharaan jamban. Ia akan mengkoordinasi murid dengan cara membuat “roster” atau jadwal membersihkan jamban dan sarana cuci tangan yang dibagi secara merata antara murid laki-laki dan murid perempuan.

Selain program pembangunan fisik, program pendidikan kesehatan tentang hubungan antara air, jamban, perilaku dan kesehatan juga menjadi kegiatan yang penting dalam program kesehatan sekolah. Di antaranya adalah hubungan antara air-kondisi sanitasi dan penyakit; bagaimana sarana sanitasi dapat melindungi kesehatan kita; bagaimana penyakit dapat timbul dari kondisi sanitasi dan perilaku yang buruk; Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun; Pencegahan Penyakit Kecacingan; dan monitoring kualitas air. Materi-materi pembelajaran bagi siswa dilaksanakan secara partisipatif menggunakan metode PHAST. Guru-guru sebagai tenaga pengajar akan di beri pelatihan terlebih dahulu oleh Dinas Kesehatan setempat dan Tim Fasilitator Masyarakat, khususnya TFM bidang kesehatan.

Adapun lingkup kegiatan yang termasuk dalam kegiatan Promosi Kesehatan Sekolah adalah sebagai berikut :
a.       Pembangunan sarana air bersih, sanitasi dan fasilitas cuci tangan termasuk pendidikan menjagakebersihan jamban sekolah
b.      Pendidikan pemakaian dan pemeliharaan jamban sekolah
c.       Penggalakan cuci tangan pakai sabun (CTPS)
d.      Pendidikan tentang hubungan air minum, jamban, praktek kesehatan individu, dan kesehatan masyarakat
e.       Kampanye pemberantasan penyakit kecacingan
f.       Pendidikan kebersihan saluran pembuangan/SPAL
g.      Pelatihan guru dan murid tentang PHAST
h.      Kampanye, “Sungai Bersih, Sungai Kita Semua”
i.        Pengembangan tanggungjawab murid, guru dan pihak-pihak lain yang terlibat di sekolah,
mencakup:
         Pengorganisasian murid untuk pembagian tugas harian, pembagian tugas guru pembina dan Komite Sekolah
         Meningkatkan peranan murid dalam mempengaruhi keluarganya

Beberapa jenis kegiatan yang dapat di lakukan dalam Promosi Kesehatan Sekolah, adalah :
         Penyuluhan kelompok di kelas, penyuluhan perorangan (penyuluhan antar teman)
         Pemutaran film/video
         Penyuluhan dengan metode demonstrasi
         Pemasangan poster, leaflet
         Kunjungan/wisata pendidikan
         Lomba kebersihan kelas Lomba membuat poster Lomba menggambar lingkungan sehat
         Absensi jamban, Absensi CTPS
         Kampanye kebersihan perorangan/murid
         Lomba cepat tepat tentang kesehatan dan lingkungan sehat
         Kegiatan pemeliharaan dan membersihkan jamban sekolah
         Penyuluhan terhadap warung sekolah, pedagang sekitar sekolah
         Pelatihan guru UKS
         Pelatihan siswa/kader UKS

Bila dalam satu desa terdapat lebih dari satu sekolah dasar, LKM dan masyarakat dapat memilih dan menentukan apakah semua sekolah dasar atau hanya satu saja yang akan diintervensi dengan Program Kesehatan PAMSIMAS. Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam menentukan jumlah sekolah dasar yang akan diintervensi dengan program kesehatan PAMSIMAS adalah :
         Besarnya biaya yang dibutuhkan. Biaya untuk program promosi kesehatan termasuk program promosi kesehatan di sekolah jumlahnya terbatas. Oleh sebab itu jangan sampai terjadi biaya yang dibutuhkan untuk program kesehatan di sekolah melebihi dari disediakan. Oleh sebab itu penting kiranya untuk menentukan prioritas sekolah dasar mana saja yang perlu di intervensi dengan program kesehatan sekolah.
         Jumlah murid yang bersekolah. Penting kiranya dalam menentukan sekolah dasar yang akan di intervensi dengan program kesehatan PAMSIMAS melihat jumlah murid. Sekolah yang memiliki jumlah murid terbesar dari desa setempat layak dipilih untuk di intervensi dengan program kesehatan PAMSIMAS. Tujuannya adalah membuat murid-murid sebagai “change agent” atau perubah dilingkungan sekolah (sesama teman), di keluarga dan di lingkungan masyarakat.
         Apabila di desa tersebut tidak terdapat sekolah dasar, sementara semua anak bersekolah di sekolah yang terletak di desa lain yang berdekatan, maka LKM dan masyarakat dapat menentukan apakah program kesehatan PAMSIMAS akan diberikan pada sekolah tersebut atau tidak. Yang perlu di ingat adalah tujuan dari Program Pendidikan Kesehatan di sekolah adalah agar murid-murid sekolah dapat bertindak sebagai agen perubahan bagi orangtua mereka, saudara-saudara, tetangga dan kawan-kawan mereka dapat terwujud.

Keberhasilan promosi kesehatan di masyarakat dan sekolah di tingkat desa banyak dipengaruhi oleh hubungan jaringan komunikasi antara Facilitator, PUSKESMAS (kepala Puskemas, Sanitarian, Staf  lain, Bidan Desa), Cabang Dinas Pendidikan (termasuk Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah, orang tua siswa) serta Tokoh Masyarakat (Aparat Desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi kemasyarakatan, serta semua anggota masyarakat). Agar ada keterkaitan antara program promosi kesehatan di masyarakat, dan sekolah berjalan baik dan benar maka rencana kegiatan promosi kesehatan harus dibahas pada pleno masyarakat, pada waktu menyusun RKM (Rencana Kerja Masyarakat).

B. Prioritas Kegiatan Promosi Kesehatan PAMSIMAS
Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit berbasis air dan lingkungan, dilakukan dengan dua kegiatan pokok yaitu :
a.       Perubahan perilaku buruk yang masih terjadi di masyarakat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tentang :
         Stop buang air besar sembarangan
         Cuci tangan pakai sabun.
         Mengelola air minum dan makanan yang aman.
         Mengelola sampah dengan benar.
         Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman
b.      Pembangunan sarana :
         Pembangunan jamban keluarga.
         Pembangunan sarana air bersih.

Prioritas pesan dalam promosi hygiene sanitasi adalah sebagai berikut :
1. Stop buang air besar sembarangan
Kebiasaan buang air besar di tempat terbuka / sembarang tempat, harus dirubah menjadi
kebiasaan buang kotoran di tempat yang benar dan aman sesuai dengan kaidah kesehatan
lingkungan. Seandainya belum mempunyai jamban, dengan buang kotoran di tempat jauh dari sumber air, dan ditutup dengan tanah sudah dapat mencegah terjadinya penularan penyakit. Khusus pengembangan sarana sanitasi keluarga, di proyek PAMSIMAS mengadopsi Pendekatan STBM (Community Led Total Sanitation) yang sekarang dikenal dengan istilah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

STBM adalah suatu pendekatan partisipatif yang mengajak masyarakat untuk mengalisa kondisi sanitasi mereka melalui suatu proses pemicuan, sehingga masyarakat dapat berpikir dan mengambil tindakan untuk meninggalkan kebiasaan buang air besar mereka yang masih di tempat terbuka dan sembarang tempat.

2. Mencuci Tangan Pakai Sabun
Tangan dapat terkontaminasi dengan tinja sewaktu cebok atau pada waktu membersihkan anak setelah buang air besar. Tangan harus dicuci dengan sabun setelah kontak dengan tinja (setelah buang air besar / setelah membersihkan kotoran bayi atau balita), yaitu dengan menggunakan sabun, karena untuk melarutkan partikel lemak yang mengandung kuman penyakit. Mencuci tangan sebelum makan, sebelum menyuapi anak, sebelum menyiapkan makanan juga dapat mencegah penularan penyakit.

3. Pengamanan Air Minum dan makanan
Kebersihan dan penanganan air minum di tingkat rumah tangga juga merupakan satu hal yang penting dalam menurunkan angka penyakit yang berbasis air dan lingkungan. Masyakat perlu difasilitasi dalam menjamin kebersihan dan keamanan air yang mereka konsumsi untuk berbagai kebutuhan. Kegiatan-kegiatan mulai dari mengambil air dari titik-titik air bersih, penyimpanannya sampai pada proses pengolahannya, harus menjamin air yang di konsumsi bebas dari bakteri penyebab penyakit.

Makanan yang dikonsumsi masyarakat juga harus mendapatkan perhatian, baik makanan yang disediakan di rumah tangga, di warung makan dan restoran, juga makanan yang disajikan dikantin-kantin sekolah.

4. Pengelolaan sampah dengan benar
Sampah merupakan merupakan produk sampingan kegaiatn di rumah tangga. Kebanyakan
masyarakat beranggapan bahwa sampah merupakan benda atau barang yang tidak berguna dan harus dibuang. Perkembangan dewasa ini ternyata bergeser, dimana sampah dapat juga dimanfaatkan kembali, melalui pendekatan yang disebut 3R (reduse, reuse dan recycle). Sampah organik seperti daun, bekas makanan, dll dapat dimanfaatkan kembali untuk bahan pupuk. Sampah an-organik dapat dipilah-pilah, dan kemudian dimanfaatkan sesuai dengan jenis dan kebutuhan. Sampah bila tidak dikelola dengan benar akan dapat merupakan perindukan vektor penyakit, yaitu seranga dan binatang mengerat yang befungsi sebagai host penyakit menular

5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman
Dengan banyaknya air yang tersedia di masyarakat, akibat suksesnya program penyediaan air bersih dan air minum bagi masyarakat akan menyebabkan jumlah limbah cair yang harus dibuang juga meningkat. Limbah cair yang dibuang tidak dengan benar akan menyebabkan turunnya keindahan dan kebersihan lingkungan, dan juga sebagai tempat perindukan vektor penyakit menular.

BAB IV
PERAN BERBAGAI PIHAK DALAM PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan secara partisipatif masih merupakan pendekatan yang relatif baru, sehingga masih memerlukan bantuan dari Dinas Kabupaten, dan Dinas Kesehatan Propinsi, serta untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan kapasitas kelembagaan lokal. Dalam rangka meningkatkan kegiatan komponen kesehatan Program PAMSIMAS perlu diperhatikan siapa yang berperan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bagaimana cara memberikan bantuan teknis, apakah tersedia biaya operasional untuk mengadakan bimbingan teknis tersebut.

A. Peran Tingkat Pusat
Ada 2 unit utama di tingkat Pusat yang terkait dalam Promosi Kesehatan, yaitu
1. Pusat Promosi Kesehatan dan
2. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Pengelolaan promosi kesehatan khususnya terkait program Pamsimas di tingkat Pusat perlu
mengembangkan tugas dan juga tanggung jawab antara lain:
a.       Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang terkait dengan
kegiatan promosi kesehatan secara nasional
b.      Mengkaji metode dan teknik-teknik promosi kesehatan yang effektif untuk pengembangan model
c.       promosi kesehatan di daerah Mengkoordinasikan dan mengsinkronisasikan pengelolaan promosi kesehatan di tingkat pusat
d.      Menggalang kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan lain yang terkait Melaksanakan kampanye kesehatan terkait Pamsimas secara nasional
e.       Bimbingan teknis, fasilitasi, monitoring dan evaluasi

B. Peran Tingkat Propinsi
Sebagai unit yang berada dibawah secara sub-ordinasi Pusat, maka peran tingkat Provinsi, khususnya kegiatan yang diselenggrakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi antara lain sebagai berikut:
a.       Menjabarkan kebijakan promosi kesehatan nasional menjadi kebijakan promosi kesehatan local (provinsi) untuk mendukung penyelenggaraan promosi kesehatan dalam wilayah kerja Pamsimas
b.      Meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan promosi kesehatan, terutama dibidang penggerakan dan pemberdayaan masyarakat agar mampu ber-PHBS.
c.       Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat pada level provinsi
d.      Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak serta mengintegrasikan penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam pencapaian PHBS dalam level Provinsi

C. Peran Tingkat Kabupaten
Promosi Kesehatan yang diselenggarakan di tingkat Kabupaten, khususnya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dapat mencakup hal-hal sebagai berikut:
a.       Meningkatkan kemampuan Puskesmas, dan sarana kesehatan lainnya dalam penyelenggaraan promosi kesehatan, terutama dibidang penggerakan dan pemberdayaan masyarakat agar mampu ber-PHBS.
b.      Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat.
c.       Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
d.      Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak serta mengintegrasikan penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam pencapaian PHBS.

D. Peran Tingkat Kecamatan
Peran tingkat Kecamatan, khususnya Puskesmas dalam penyelenggaraan promosi kesehatan di desa-desa Pamsimas sangat penting, sejak tahap persiapan, implementasi maupun pasca konstruksi.

Pada tahap perencanaan, Pimpinan Puskesmas membantu dalam penyediaan data sekunder tentang masalah kesehatan, kualitas kesehatan lingkungan dan potensi fasilitas kesehatan di desa untuk melengkapi data komunitas. Selain itu Pimpinan Puskesmas dan Sanitarian memberikan bimbingan teknis dan monitoring dalam kegiatan setiap tahap perencanaan. Pimpinan Puskesmas dan sanitarian sebagai nara sumber dan fasilitator dalam rembug desa/kegiatan pleno membantu TFM untuk membahas identifikasi masalah dan analisis situasi, pemilihan opsi kegiatan kesehatan, serta pada waktu pembahasan draft RKM. Sanitarian mengambil sample air untuk dibawa ke Laboratorium guna pertimbangan pemilihan sumber air untuk di bangun sarana air bersih. Disamping Kepala Puskesmas dan sanitarian, maka peran Bidan, khususnya Bidan Desa lokasi desa Pamsimas juga sangat penting, karena sifat dan jenis pekerjaan bidan akan sangat terkait dengan pihak perempuan di desa. Masalah kehamilan, kelahiran dan menyusui bukan semata masalah teknis medis kesehatan, tapi terkait pula dengan sarana air bersih, minum dan sanitasi itu sendiri.

Pada tahap implementasi kegiatan, Pimpinan Puskesmas, Sanitarian, Staf Dinas Pendidikan
Kecamatan, melaksanakan bimbingan teknis dan monitoring pelaksanaan kegiatan. Selain itu,
melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan sanitasi yang direncanakan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten untuk mendukung kegiatan di desa. Pada tahap Pasca Konstruksi, membantu TFM dalam menfasilitasi masyarakat untuk menyusun rencana kegiatan paska konsruksi. Juga secara rutin melakukan bimbingan teknis dan monitoring.


BAB V
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN

A. Persiapan Perencanaan Partisipatif Masyarakat
1.      Pendekatan Kepada Masyarakat
TFM sebagai pendamping masyarakat dapat memulainya dengan melakukan pendekatan pada berbagai pihak. Pendekatan dapat dilakukan dengan cara mendatangi pihak-pihak terkait, seperti Kepala Puskesmas, Petugas Kesehatan Lingkungan/Sanitarian setempat, Kepala Sekolah, Penilik Sekolah/Staff Dinas Pendidikan Tingkat Kecamatan, dan pihak lainnya. Pendekatan perlu dilakukan
dengan tujuan :
         Kesepakatan untuk memfasilitasi masyarakat agar mampu merencanakan program promosi higiene sanitasi di sekolah dan di masyarakat secara partisipatif.
         Menjamin kualitas perencanaan promosi higiene sanitasi serta ada keterkaitan antara program di sekolah dan di masyarakat. Termasuk mendapatkan gambaran program kegiatan promosi kesehatan yang direncanakan di Puskesmas sehingga perencanaan program kesehatan dalam RKM dapat terintegrasi dengan program-program di Puskesmas.
         Diperoleh data dan informasi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas fasilitasi kepada masyarakat seperti data penyakit di desa, kondisi sarana air minum dan kualitas lingkungan, fasilitas kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, jumlah kader kesehatan, program penyuluhan serta media komunikasi yang telah dilaksanakan, dan lain-lain.

2.      Peningkatan Kualitas Fasilitasi Masyarakat
Orientasi awal perlu di lakukan sebelum TFM menfasilitasi masyarakat melakukan berbagai kegiatan pada tahap perencanaan. Pertemuan dengan para aparat desa dan tokoh desa (tokoh masyarakat,tokoh agama, kepala dusun, dll) adalah agenda pertama yang harus dilakukan. Selain itu bergabung dengan berbagai kegiatan kumpulan seperti pengajian, ibadah gereja, dan kegiatan kumpulan lainnya adalah hal yang sangat bermanfaat untuk membuat hubungan kedekatan dengan masyarakat. Tujuan dari pendekatan awal ini adalah : meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan perencanaan program promosi higiene sanitasi.

B. Perencanaan Secara Partisipatif di Masyarakat
Perencanaan kegiatan promosi kesehatan dilaksanakan oleh masyarakat sendiri sesuai kebutuhandan sensitif gender dan kemiskinan, ada keterpaduan dengan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi, sehingga dapat dicapai :
         Peningkatan akses penggunaan sarana air bersih dan sanitasi terutama kelompok masyarakatmiskin.
         Peningkatan efektivitas penggunaan sarana.
         Peningkatan PHBS (hygiene use) dengan perilaku hygiene yang praktis oleh perorangan, rumah tangga dan kelompok masyarakat.
Perencanaan dilakukan oleh masyarakat dan di fasilitasi oleh fasilitator, meliputi kegiatan promosi kesehatan di masyarakat dan di sekolah, menggunakan panduan perencanaan partisipatif masyarakat, sehingga dapat disusun rencana kerja masyarakat (RKM).
C. Pelaksanaan Promosi Kesehatan

1. Persiapan Pelaksanaan
         LKM dibantu / difasilitasi oleh TFM menyusun jadual ulang apabila dalam melaksanakan kegiatan dalam RKM tidak sesuai lagi dengan kondisi terkini.
         LKM dibantu / difasilitasi oleh TFM menyusun organisasi pelaksanaan promosi kesehatan, berdasar atas rencana yang telah disusun dalam RKM (di sekolah maupun di masyarakat).
         Mendapatkan media komunikasi yang diproduksi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Dinas Kesehatan Propinsi (apabila ada).

2. Fasilitasi oleh TFM
         TFM terutama FM bidang kesehatan harus melaksanakan pelatihan kepada LKM (seksi kesehatan) melalui pelatihan sambil bekerja (on the job training), agar mampu melaksanakan kegiatan promosi higiene sanitasi.
         TFM terutama FM bidang kesehatan membantu LKM dalam melaksanakan kegiatan promosi higiene sanitasi.
         TFM terutama FM bidang kesehatan dan FM bidang pemberdayaan masyarakat terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan hasil pemicuan STBM.
3. Implementasi Kegiatan
         Melaksanakan kegiatan pelatihan yang berkaitan dengan promosi higiene sanitasi terlebih dahulu (apabila ada rencana pelatihan dalam RKM).
         Mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan promosi higiene sanitasi seperti pelatihan Guru, atau pelatihan yang direncanakan oleh DPMU, menggunakan dana non hibah desa.
         Melaksanakan kegiatan program promosi higiene sanitasi di masyarakat, di tempat ibadah maupun di sekolah sesuai rencana yang tercantum dalam RKM.
         Melaksanakan pembangunan sarana air bersih, jamban sekolah dan tempat cuci tangan, di sekolah sesuai rencana dalam RKM.
4. Bantuan Teknis TKKc
         Tim Pembina UKS Kecamatan yang anggotanya juga merupakan anggota TKC, memberikan bantuan teknis dalam pelaksanaan promosi higiene sanitasi secara partisipatif di sekolah.
         Pemimpin PUSKESMAS, Sanitarian dan Staf lain yang merupakan anggota TKC, memberikan bantuan teknis pelaksanaan kegiatan promosi higiene sanitasi di sekolah maupun di masyarakat.


BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara terus menerus dan kontinyu untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan (target) program promosi hygiene sanitasi dan perubahan perilaku.
1.      Mengetahui Kemajuan Perubahan Secara Fisik dengan menggunakan peta sosial,
         Apakah ada perubahan tempat-tempat yang semua digunakan untuk buang air besar (seperti di sungai, hutan, kebun, dan lain-lain) sekarang masih digunakan untuk buang air besar.
         Apakah ada tempat-tempat untuk membuang kotoran bayi-balita, sekarang masih terjadi.
         Apakah ada penambahan jumlah sarana jamban keluarga, jamban sekolah, tempat cuci tangan di sekolah.
         Apakah di jamban ada perubahan tentang penyediaan air dan sabun untuk cuci tangan.
2.      Memeriksa Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan dengan menggunakan tabel perencanaan yang disusun berdasar data dalam RKM, untuk mengetahui apakah jenis dan volume kegiatan yang direncanakan, pada saat ini sudah dilaksanakan.
3.      Evaluasi Perubahan Perilaku Secara Partisipatif (terutama dapat dilakukan di sekolah)Misal melalui sistim berbaris siswa sekolah ditanyakan :
         Siapa yang telah cuci tangan dengan air sesudah BAB.
         Siapa yang tidak cuci tangan dengan air dan sabun sesudah BAB.
         Siapa yang tidak cuci tangan sesudah BAB.
4. Monitoring Kesinambungan
Melaksanakan monitoring kesinambungan khususnya bidang kesehatan.


DAFTAR KEPUSTAKAAN

         Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pelaksanaan Promoosi Kesehatan di Daerah, Jakarta 2009

         Departemen Kesehatan RI, Pusat promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian PHBS, Jakarta 2008

         Departemen Kesehatan RI, Panduan Pelatihan Komunikasi Perubahan Perilaku, Untuk mempromosikan KIBBLA, Jakarta 2008

         Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Kemitraan Promosi Kesehatan Dengan Lembaga Swadaya Masyarakat, Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar